Sejak menginjakkan kaki di kampus baru AdBK München, saya menekuni lagi salah satu teknik klasik seni cetak datar Lithografie. Hampir setiap hari dari pagi sampai sore, tentu setelah diijinkan sama `penguasa studio` saya aktif berkarya di sana. Situasi studio yang sangat mewah, ruangan besar dengan atribut mesin-mesin kokoh yang memukau juga alat untuk membuat sirkulasi udara lancar terutama dari bebauan cat dan terpentin (maklum ruangan di sini semuanya tak pakai boven yang selalu terbuka, jadi kalau pintu jendela ditutup tak ada udara masuk) selain itu otot tanganku semakin terlatih, tak perlulah angkat-angkat barbel dst. di pusat kebugaran cukup dengan angkat-angkat batu litho, badanku semakin pothok!
Suatu ketika salah satu batu yang sedang aku kerjakan (lihat gambar di atas) tak sengaja tersenggol sama penguasa studio. Dia langsung minta maaf ketika saya barusan masuk ke studio, ah nggak masalah! :balasku. Beruntung juga saya sudah mencetak gambar di atas batu tersebut.
Ketika kutanyakan terus bagaimana dengan batu tersebut apakah bisa diperbaiki? Tidak mungkin dan akan dibuang begitu saja: jawabnya.
Akhirnya batu tersebut aku bawa pulang untuk souvenir sekaligus kenang-kenangan nantinya setelah tak mungkin lagi berkarya di studio kampus yang megah ini.
Saat liburan semester musim panas, karya hasil cetakan dari batu litho di atas termasuk salah satu yang dipamerkan di pameran tunggal lithografie Sri Maryanto : Sprechender Stein di Bentara Budaya Jakarta. Judulnya Dendam Kesumat..
Selama luka-luka lama tak dibuka dan diobati tak bakalan sembuhlah luka itu.
Selama luka itu terus ditutup makin hari bertambah parah, menggerogoti kedalam bagian tubuh yang sehat dan menyimpan bau yang sangat menyengat!
Sebuah pepatah berkata: Sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai akan tetap tercium juga baunya!
Selamat mengapresiasi!